top of page

Surplus Discussion: Green Business and Eco-minded Entrepreneur

Pada 11 Juli 2020 lalu, telah diselenggarakan Surplus Discussion dengan judul ‘Green Business & Eco-Minded Entrepreneur’ dengan narasumber Brenda Lynn Ritchmond, owner Bali Buda Cafe & Store. Surplus Discussion merupakan kegiatan diskusi di WhatsApp Group Komunitas Surplus yang mengundang seorang narasumber untuk memberikan materi pembahasan yang diangkat dari isu sosial dan lingkungan. Sampai saat ini, Surplus Discussion sudah diselenggarakan sebanyak empat kali.


Diskusi yang berlangsung selama kurang lebih satu jam ini diikuti oleh peserta dengan antusias. Pertama-tama Brenda menjelaskan pemikiran atau idenya untuk membangun bisnis yang ramah lingkungan. Brenda memiliki prinsip untuk menghargai bumi dengan memilih planet over profit. Bali Buda sudah menghentikan pemakaian sedotan plastik dan tas belanja plastik. Sebagai gantinya, maka disediakanlah untuk pelanggan yaitu sedotan kaca dan tas belanja dari koran bekas. Selain itu, Bali Buda memiliki stasiun daur ulang di mana pelanggan bisa mengembalikan segala jenis barang dari Bali Buda misalnya nota, botol kaca, wadah, dan kantong belanja. Untuk mendukung green business tersebut, Bali Buda juga bekerja sama dengan Eco Bali Recycling agar secara total dapat mengurangi sampah. Selain itu, Brenda juga menjelaskan bahwa Bali Buda berupaya mengurangi limbah dalam memproduksi makanan dan mendaur ulang. Jika ada makanan yang tersisa, Bali Buda melakukan pengomposan untuk hal tersebut.


Sumber : Dokumentasi pribadi Bali Buda


Jika bicara soal profit, hal tersebut memang tidak akan bisa maksimal seperti orang lain yang mengutamakan profit over planet. Perkembangan green business tidak bisa secepat bisnis lainnya. “Ketika kita pakai bahan yang tidak organik dan murah meriah, murahnya hanya dirasa saat ini saja, tapi kalau dilihat dampaknya sangat mahal kedepannya untuk Bumi. Saya berharap bisa nyaman di dunia dan di akhirat, bagi saya itu tanda sukses”, ujar Brenda. Ketika bicara soal keuntungan di green business, memang tidak sama atau tidak setinggi bisnis yang lain, tapi bisa dibilang bahwa keuntungannya cukup.


Ketika ditanya apakah lebih praktis menggunakan plastik atau menggunakan produk yang dipakai Bali Buda, Brenda menjawab bahwa Bali Buda mengusahakan menggunakan produk yang bisa dikomposkan atau didaur ulang. Plastik mungkin dianggap lebih praktis untuk hal-hal tertentu, bahkan beberapa sayuran lebih awet disimpan dalam plastik. Tapi saat ini plastik menjadi masalah di Indonesia hingga akhirnya beberapa daerah membuat regulasi untuk pelarangan penggunaan tas kresek sekali pakai.


Sumber : Dokumentasi pribadi Bali Buda


Tantangan bagi pemilik green business adalah bagaimana menjadi profitable, menarik orang yang belum mengerti mengenai manfaat dan dampak green business untuk lingkungan, tanggungjawab atas life cycle barang yang kita pakai, serta memerhatikan regulasi di Indonesia. Brenda menjelaskan bahwa edukasi ke masyarakat mengenai green business dan sustanability membutuhkan waktu. Dan untuk mewujudkan tanggungjawab atas produk yang kita pakai, kita bisa menjalin kerjasama dengan pihak lain, misalnya dari segi penanganan sampah.


Saat ini bisnis coffee shop telah menjamur di Indonesia dari segala macam brand di berbagai pulau. Mereka juga memiliki banyak penggemar namun juga menghasilkan banyak sampah plastic cup. Plastic cup yang mereka pakai menjadi strategi marketing karena para pembeli biasanya akan mengambil foto plastic cup minuman tersebut dan mengunggahnya di media sosial. Brenda berpendapat bahwa trend plastic cup ini sangat disayangkan karena hanya merusak masa depan mereka sendiri. "Saya sih suka, suka sekali kalau orang-orang pada berusaha. Tapi kalau mau berkelanjutan, kan sebaiknya kita berpikir jangka panjang. Apakah kita mau bermanfaat sekarang saja atau terus menerus. Menjadi entrepreneur itu butuh spirit yang cukup istimewa. Jika sudah punya sifat entrepreneural, tinggal ditambah mindset ‘green’nya saja", ujar Brenda. Brenda mengaku merasa tidak nyaman jika berbuat sesuatu yang berdampak sangat negatif terhadap lingkungan. Memang apa yang kita lakukan dalam menjalankan green business tidak sempurna, tapi kita bisa selalu berusaha, berinovasi, dan belajar. Brenda juga berharap agar para pemilik coffee shop bisa ‘tertular’ mindset bagaimana kita saling peduli tentang lingkungan, negara, dan bumi kita.


Dalam penutupan penjabaran materi pada Surplus Discussion, Brenda berpesan bagi yang menjalankan green business bisa hidup dalam berkecukupan, tidak berlebihan. “Seringkali manusia memandang alam sebagai objek saja dan bukan subjek, sehingga manusia lebih banyak merusak daripada mengembangkan. Manusia berlomba-lomba untuk mencari kesenangan dalam bentuk materi. Karena hanya yang berkecukupan yang bisa berkelanjutan, karena ketika kita berlebihan maka kita tidak akan bisa mewujudkan keberlanjutan”, ujar Brenda.


81 tampilan0 komentar
bottom of page