Sudahkah Anda Mengedukasi Anak Mengenai Food Waste di Waktu yang Tepat?

Illutrasi oleh Alsa Salsabila
Apa itu Food Waste? Yap, limbah makanan. Menurut FAO, food waste adalah makanan yang layak dikonsumsi oleh manusia, tetapi karena alasan tertentu makanan tersebut tidak dikonsumsi sehingga rusak dan dibuang menjadi limbah oleh peritel atau konsumen. FAO memperkirakan ada 1,3 miliar ton sampah makanan di dunia setiap tahun. Sedangkan Global Hunger Index (GHI) mencatat, ada 690 juta orang ( sekitar satu dari setiap 10 orang di dunia) menderita kelaparan dan kurang gizi. Wah, sungguh angka yang cukup memprihatinkan, namun banyak dari kita yang masih kurang sadar dalam masalah food waste ini.
Usia dini menurut NAEYC (the National Association For the Education of Young Children) adalah anak usia 0-8 tahun. Biasanya orang menyebut fase ini sebagai golden age, karena pada masa ini pembentukan karakter dimulai sehingga sangat menentukan seperti apa mereka kelak jika dewasa baik dari segi fisik, mental dan kecerdasan. Edukasi tentang food waste perlu diterapkan sedari usia dini agar permasalahan limbah makanan yang ada di dunia tidak semakin buruk dan terus berlarut-larut. So, edukasi seperti apa sih yang bisa kita sama-sama terapkan untuk membuat sebuah generasi yang peduli terhadap kelangsungan bumi ? Cuz! Kita scroll ke bawah.
Peran Keluarga dalam Mengedukasi Anak agar Menghargai Makanan

Illutrasi oleh Alsa Salsabila
Keluarga itu ibarat pondasi dari sebuah rumah, menjadi kunci utama agar bangunan dapat berdiri kokoh dan kuat. Pola asuh yang baik sangat berpengaruh dalam tumbuh kembang anaknya. Nah, inilah kesempatan terbaik agar bisa memberikan kebiasaan yang produktif kepada anak terutama mengedukasi tentang food waste. Berikut beberapa kebiasaan yang dapat kita terapkan.
1. Porsi makan secukupnya, biasakan agar anak mengambil makan dengan porsi kecil. Jika masih lapar baru deh ditambah. Daripada ambil porsi banyak karena lapar eh gak taunya makanan malah gak habis. Kan jadi mubazir deh L. Kasian nasinya ntar nangis lho hehe.
2. Biasakan konsumsi makanan sehat, agar anak mau makan sayur tidak perlu dengar paksaan. Kita bisa membuat kreasi masakan dari sayur yang membuat ia tertarik. Sembari temani ia makan dan bercerita tentang nutrisi yang ada pada makanan tersebut.
3. Ajak anak berkebun, ajari anak bagaimana caranya menanam sayuran dan buah. Supaya mereka sadar bahwa proses tumbuhnya tanaman hingga panen memerlukan waktu yang panjang. Dengan begitu anak akan lebih menghargai makanan, dan terdorong untuk menghabiskannya.
4. Ajak berbelanja bahan makanan,.Mendidik anak agar tidak belanja impulsif dan utamakan membeli apa yang ia butuhkan bukan hanya yang ia inginkan. Sekaligus memberi pemahaman tentang jangan menilai makanan seperti buah-buahan yang terlihat kurang indah tidak layak untuk dikonsumsi. Selama belum memperlihatkan tanda-tanda busuk, masih aman untuk dimakan
5. Ajari anak cara mendaur ulang makanan, jika ada makanan yang berlebih dan masih layak konsumsi, buat ide kreasi hidangan baru dari makanan tersebut. Jika makanan sudah tak bisa dimakan, bisa didaur ulang menjadi kompos atau dijadikan pakan ternak.
6. Berbagi makanan, biasakan anak untuk berbagi makanan berlebih. Dimulai dari hal kecil seperti kepada tetangga, temannya, atau hewan peliharaan. Dengan ini anak terbiasa untuk dermawan dan punya rasa empati tinggi.
Materi Pendidikan tentang Pengurangan Limbah Makanan

“Do Good: Save Food!”
Slogan yang bagus untuk menyadarkan kita pentingnya menyelamatkan makanan . FAO dan the International Food Waste Coalition bekerjasama dalam mengembangkan slogan tersebut melalui seri buku pedoman mengajar, yang ditargetkan kepada anak-anak dari empat kelompok usia yang berbeda. Di dalam buku ini para pemandu berusaha mempromosikan kesadaran akan konsekuensi dari segi ekonomi, sosial dan lingkungan akibat pemborosan makanan. Selain itu, memaparkan tindakan apa saja yang dapat dilakukan serta keuntungan apa yang diperoleh dari mencegah limbah makanan. Kita berharap sektor pendidikan bisa berkontribusi penuh dalam memberikan bimbingan kepada para siswanya di lingkungan sekolah dengan memaksimalkan slogan ini.

“Bana Si Pisang Berjalan-jalan”
Hayo coba tebak ini apa? Yap, buku cerita, eitzz… tapi ini bukan hanya cerita fiktif belaka. Buku ini memberi ilustrasi kisah siklus kehidupan Pisang. Memberi gambaran bagaimana suatu perjalanan makanan berlangsung, dari mendapatkan bahan mentah hingga diolah menjadi makanan. Bukan cuma itu, buku ini juga menjelaskan bahwa sisa makanan tidak boleh dibuang tetapi bisa diolah menjadi kompos. Peluncuran buku ini hasil dari kolaborasi antara IKEA Indonesia dengan Greeneration Foundation, ditujukan untuk mengedukasi anak-anak agar lebih menghargai makanan serta memberi pengajaran pengelolaan limbah makanan. Penasaran gimana isi bukunya ? Kalian bisa akses disini dengan gratis!
Sebagai manusia yang tinggal, eh ralat yang numpang di bumi. Apakah kita sudah cukup peduli? Bukankah kebaikan bumi juga akan berdampak baik untuk kita semua sebagai makhluk hidup?. Mari kita tanamkan karakter yang baik dan cinta lingkungan terhadap anak-anak kita sedari usia dini. Kalau bukan saat ini mau sampai berapa tahun lagi? Kita pasti sudah sangat familiar dengan nasihat ini “Mencegah lebih baik daripada mengobati”. Mendaur ulang sampah lebih baik daripada membiarkannya menjadi emisi.