top of page

Refleksi Diri terhadap Fenomena Food Waste

Indonesia merupakan salah satu negara yang dikaruniai kekayaan pangan. Baik dari hasil kehutanan, pertanian, perkebunan, perikanan maupun peternakan. Namun, siapa sangka jika Indonesia berada pada indeks kelaparan di level serius menurut International Food Policy Research Institute tahun 2017. Ironisnya, pada tahun yang sama The Economist Intelligence Unit (EIU) merilis data bahwa Indonesia dinyatakan menduduki peringkat kedua setelah Arab Saudi, sebagai penghasil food waste terbesar di dunia. Perkiraan food waste di Indonesia setiap tahun sebesar 300 kilogram per kapita.


Sumber : unsplash.com



Food waste mengacu pada makanan dengan kualitas baik, tetapi karena alasan tertentu tidak dimanfaatkan atau tidak dikonsumsi. Food waste dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu food waste yang dapat dihindari (seperti makanan yang tak habis karena kekenyangan, makanan yang basi akibat lalai penyimpanan), food waste yang mungkin dapat dihindari (seperti kulit kentang, pinggiran roti), dan food waste yang tidak dapat dihindari (seperti kantong teh, cangkang telur, tulang). Dampak dari food waste selain memperparah kondisi penduduk yang menderita kelaparan, di mana penderita gizi buruk di Indonesia masih meningkat tiap tahunnya, juga turut mempengaruhi kondisi lingkungan. Jika peningkatan kuantitas sisa makanan ini dibiarkan menumpuk, dapat mempengaruhi perubahan iklim dan lingkungan. Hal ini karena limbah makanan akan terurai secara anaerob, menciptakan gas metana dan karbondioksida yang turut menyumbang kerusakan pada lapisan ozon.


Lantas, apa saja faktor penyebab terhadap kejadian food waste? Kejadian food waste dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

  • Kebiasaan makan berlebihan

Masih banyak di antara kita sering kali memesan atau mengambil makanan secara berulang tanpa memastikan akan selalu menghabiskan makanan. Kebiasaan lapar mata, tetapi tidak menghabiskan makanan akan berbanding lurus dengan kejadian food waste. Selain itu, makan berlebihan juga dapat dipicu bila ada restoran yang memberikan promo nasi putih gratis. Akibatnya, banyak orang mengambil nasi tanpa berpikir kapasitas makan yang dimiliki.

  • Etika dan budaya

Beberapa orang menganggap pamali atau malu untuk menghabiskan makanan saat makan. Selain itu, munculnya tren makanan di media sosial turut menyumbang sampah makanan. Kerap kali makanan dibeli hanya untuk dijadikan konten sehingga setelah mendapat hasil foto yang indah, makanan tidak lagi dimakan atau tidak dihabiskan karena kondisinya yang sudah dingin.

  • Pengetahuan pemanfaatan pangan

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya berkaitan dengan ketahanan pangan. Tingginya kejadian food waste dapat mengganggu ketahanan pangan dalam aspek ketersediaan pangan. Apabila persediaan pangan berkurang, akan menghambat pencapaian optimal status gizi masyarakat. Seseorang yang mempunyai pengetahuan terhadap food waste, cenderung akan berupaya untuk mengurangi food waste ketika mengonsumsi makanan.

  • Jenis kelamin

Laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan kebutuhan energi, sehingga berpengaruh terhadap jumlah porsi makanan. Menurut Penelitian, meskipun mempunyai kapasitas konsumsi yang lebih kecil daripada laki – laki, perempuan lebih suka memesan makanan dalam jumlah yang banyak. Pemborosan makanan juga lebih banyak dialami perempuan dibanding laki – laki, yaitu sebesar 60% untuk perempuan dan 21% untuk laki-laki.

Dengan melakukan perubahan baik yang diawali dari diri sendiri, secara tak langsung kita turut berkontribusi terhadap penurunan food waste di Indonesia. Sebelum meningkatkan kesadaran masyarakat melalui knowledge sharing, langkah awal yang dapat kita lakukan dalam mengatasi food waste, seperti :

  • Mengambil makanan secukupnya.

  • Mengecek isi kulkas sebelum membuat rencana menu mingguan dan membeli bahan makanan sesuai dengan daftar belanja.

  • Memprioritaskan bahan pangan dengan sistem First In-First Out (FIFO), yakni mengatur urutan kesegaran pangan dengan cara menyimpan produk lama di tempat penyimpanan bagian depan, sedangkan produk baru yang lebih segar pada bagian belakang.

  • Seminimal mungkin usahakan membuang sampah yang tidak bisa dimakan, seperti batang sayur, kulit buah, dan sebagainya.

  • Menyimpan atau memberikan sisa makanan kepada orang sekitar yang membutuhkan.

Bumi memang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan manusia, tetapi terlalu kecil untuk mampu memenuhi keserakahan manusia. Keserakahan di depan mata kita ialah menyia-nyiakan makanan atau food waste. Kita harapkan dengan kesadaran untuk melek terhadap permasalahan lingkungan, dapat menekan tingkat pemborosan pangan. Mengingat ketersediaan pangan dibutuhkan guna memperbaiki kelangsungan hidup manusia, baik saat ini maupun di masa depan. Yuk, kita bersama wujudkan lingkungan bebas sampah makanan!


268 tampilan0 komentar