Peran Lingkungan Keluarga sebagai Pembentuk Perilaku Zero Food Waste
Dikutip dari jurnal (Hidayat, 2020) disebutkan bahwa FAO (Food Agriculture Organization) merilis data yang menyebutkan ada sekitar satu per tiga dari total makanan yang diproduksi untuk konsumen hilang atau terbuang setiap tahunnya yaitu sebesar 1,3 miliar ton di seluruh dunia dengan rincian tingkat kehilangan saat produksi 10%, tahap pengolahan 1%, pemasaran 6%, dan sisanya pada tahap konsumsi yang merupakan food waste. Di negeri kita ini, permasalahan mengenai food waste tentunya merupakan tanggung jawab seluruh warga Indonesia.

Sumber : www.bakeryandsnacks.com
Berdasarkan data dari Barilla Center for Food & Nutrition, disebutkan bahwa Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara pembuang makanan terbanyak. Kemudian, melalui situs Admin Kementerian PPN Bappenas disebutkan pula bahwa pada proses produksi makanan (food loss) dan makanan konsumsi yang terbuang (food waste) yang dihasilkan orang Indonesia dapat mencapai 184 kg per orang dalam setahun. Maka dari itu, beberapa hal tersebut dapat menyebabkan menumpuknya sampah organik di TPA dan akhirnya menghasilkan gas metana. Bila dikaitkan dengan efek Gas Rumah Kaca (GRK) dapat menyebabkan terjadinya penumpukan gas di lapisan ozon sehingga dapat mempengaruhi perubahan iklim yang terjadi. Maka dari itu, kepedulian serta kesadaran dari setiap individu perlu ditanamkan salah satunya dimulai dari sejak lama yaitu saat masih kecil melalui lingkungan terdekat (keluarga).
Keluarga dapat dikatakan sebagai orang terdekat yang mengharapkan agar anggotanya dapat menjadi seseorang yang bermanfaat bagi dirinya sendiri serta lingkungan sekitarnya. Tak sedikit arahan ataupun nasehat yang disampaikan oleh keluarga khususnya orang tua masih tertanam di benak kita, bahkan dapat menjadi prinsip bagi kita dalam menjalani kehidupan. Oleh sebab itu, edukasi mengenai food waste dan pembiasaan perilaku yang dapat mendukung zero food waste dapat ditanamkan mulai dari usia dini. Contohnya seperti membiasakan diri untuk menghabiskan makanan (tidak disisakan) dan berusaha menyukai segala jenis makanan (kecuali yang tidak baik atau tidak diperbolehkan dalam suatu agama tertentu).
Setelah beranjak dewasa, cara sederhana yang dapat mendukung zero food waste adalah dengan berbagi kepada sesama apabila memiliki makanan berlebih yang masih layak konsumsi atau mengolah makanan berlebih menjadi olahan lain yang menarik. Agar perilaku-perilaku tersebut dapat menjadi suatu kebiasaan, maka peran keluarga sebagai orang terdekat dalam mendukung, membimbing dan mengarahkan zero food waste sangat dibutuhkan. Jika setiap individu memiliki kepedulian yang tinggi dalam mengurangi food waste lalu diaplikasikan dalam kebiasaannya sehari-hari, maka tidak menutup kemungkinan permasalahan food waste yang terjadi khususnya di Indonesia dapat terselesaikan yang tentunya akan memerlukan waktu yang tidak sedikit.