Jeanny Primasari Memperkenalkan Gaya Hidup Minim Sampah untuk Nusantara
Gaya hidup minim sampah saat ini sedang banyak dibicarakan dikarenakan maraknya pemberitaan mengenai darurat sampah yang sebetulnya sudah menjadi masalah sejak lama. Ada sebagian masyarakat yang sudah mengetahui gaya hidup minim sampah namun masih bingung dan ragu untuk memulainya. Memang diperlukan niat yang kuat untuk mengubah gaya hidup yang sebelumnya kurang memedulikan masalah sampah menjadi gaya hidup minim sampah. Tantangan terbesarnya adalah diperlukan penyesuaian untuk keluar dari zona nyaman. Jeanny Primasari adalah salah satu orang yang berhasil keluar dari zona nyaman tersebut dan mendedikasikan diri untuk menjalankan serta mengedukasi masyarakat mengenai gaya hidup minimum sampah. Pada tahun 2016, Ia menginisiasi komunitas Zero Waste Nusantara sebagai wadah untuk menyebarkan pengetahuan dan pemahaman mengenai gaya hidup minim sampah terutama bagi orang-orang yang ingin memulainya. Komunitas yang berdomisili di Jakarta ini juga memiliki tujuan mengajak masyarakat yang belum berniat menjalankan gaya hidup minim sampah untuk bersama-sama belajar mengenai masalah sampah.
Jeanny telah memulai terlebih dahulu hidup berminim sampah dalam kesehariannya. Ia mulai mengenal kegiatan pemilahan sampah sesuai kategorinya semenjak duduk di bangku SMP. Ia menyadari bahwa ketika itu belum ada komunitas yang memiliki visi dan misi yang sama di Indonesia. Sebelumnya, Jeanny bergabung dengan salah satu grup Facebook dari Malaysia yang membahas dan berdiskusi tentang masalah sampah. Terinspirasi dari hal tersebut, Ia membuat grup Facebook Zero Waste Nusantara sebagai platform diskusi bagi masyarakat yang tertarik dengan gaya hidup minim sampah. Selain media Facebook, Jeanny juga menggunakan Instagram dan grup Whatsapp karena media sosial sangat mudah untuk diakses sehingga kegiatan diskusi berlangsung efektif dan efisien. Komunikasi interpersonal pun dirasa akan memberikan dampak yang lebih besar dalam penyampaian pesan ke masyarakat.
Indonesia saat ini sudah darurat sampah karena terlalu banyak barang sekali pakai yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Jeanny berpendapat bahwa TPA Bantar Gebang akan penuh dalam kurun waktu 1 hingga 2 tahun ke depan. Banyak orang yang berpikir bahwa ketika sampah sudah diangkut oleh Petugas Kebersihan maka masalah sampah sudah selesai. Dampaknya mungkin tidak dirasakan di rumah, padahal ada masalah besar yang sedang terjadi di luar sana.
Mengapa gaya hidup minim sampah ini menjadi penting untuk diterapkan? Jawabannya adalah karena ada dampak signifikan yang bisa dihasilkan. Sebagai buktinya, Jeanny saat ini hanya menghasilkan sampah sebanyak satu kantong kresek kecil dalam kurun waktu 3 hari sampai seminggu. Hal yang dilakukan agar dapat mengurangi sampah yang dihasilkan adalah dengan memilah sampah dan mengolahnya dengan cara composting karena 50% sampah yang dihasilkan rumah tangga merupakan sampah organik. Sedangkan untuk jenis sampah yang bisa didaur ulang diberikan kepada petugas sampah atau disalurkan ke bank sampah. Setelah menjalankan gaya hidup minim sampah, Jeanny telah mengurangi volume sampah yang dihasilkannya hingga 90%. Apabila kegiatan tersebut dilakukan oleh banyak orang Indonesia secara rutin mulai dari sekarang, maka akan semakin sedikit sampah yang berakhir di TPA sebelum TPA Bantar Gebang mencapai kapasitas maksimumnya.
Masyarakat yang hendak menerapkan gaya hidup minim sampah bisa memulai dengan mencari komunitas lokal sebagai tempat mencari informasi dan ruang aktif untuk berdiskusi. Hal yang perlu diingat adalah jangan menyerah jika muncul halangan ketika menjalani gaya hidup yang minim sampah. Misalnya, tidak perlu merasa kecewa ketika pihak restoran menolak untuk membungkus makanan di kotak makan yang kita bawa sendiri dari rumah. Selain masyarakat umum yang memang belum terbiasa dengan kebiasaan ini, regulasi terkait masalah sampah juga belum dibentuk atau dijalankan secara efektif. Kabar baiknya, di bulan Juni mendatang akan diberlakukan "Peraturan Gubernur Jakarta" mengenai pelarangan penggunaan plastik sekali pakai. Hal ini tentu akan memudahkan praktek gaya hidup minim sampah di kehidupan sehari-hari. Keluar dari zona nyaman memang sulit, tapi bisa untuk dilakukan. Masyarakat memang harus aktif melakukan sesuatu untuk lingkungan mulai dari diri sendiri, sesederhana membawa botol minum atau membawa tas belanja dari rumah. Dukungan regulasi dari pemerintah tentunya membuka lebar jalan keluar untuk menanggulangi masalah sampah di Indonesia.