top of page

Hari Peduli Sampah Nasional: Apakah Kita Sudah Betul-Betul Peduli?

Diperbarui: 11 Jun 2020

Pemerintah Indonesia mencanangkan Hari Peduli Sampah Nasional pada tanggal 21 Februari untuk memeringati tragedi longsornya TPA Leuwigajah, Cimahi yang disebabkan oleh ledakan dari tumpukan sampah pada tahun 2006 silam. Ledakan tersebut disebabkan oleh gas metana yang dihasilkan oleh sampah yang telah menggunung di TPA Leuwigajah. Tragedi ini meratakan dua desa dan memakan korban jiwa mencapai 150 orang.

Hari Peduli Sampah Nasional menjadi pengingat bahwa pentingnya manajemen sampah untuk mengontrol sampah dimulai dari level rumah tangga. Tetapi sebelum masuk ke manajemen sampah, apakah kita sudah benar-benar memahami kalimat ‘pilah sampah sesuai kategorinya’ dan ‘jangan buang sampah sembarangan’? Sudahkah kita melakukan hal tersebut? Ataukah keterangan organik dan non organik di tempat sampah hanya kita abaikan saja, yang penting sampah sudah tidak ada di tangan kita? Perilaku yang sangat disesalkan adalah ketika kita melihat masih banyak orang yang membuang sampah dari mobil dan dilemparkan begitu saja keluar jendela.

Dari kenyataan tersebut bisa dilihat bahwa mentalitas masyarakat Indonesia belum sampai kepada taraf kepedulian untuk menjaga kelestarian lingkungan. Perilaku masyarakat yang tidak bertanggungjawab terhadap sampah menyebabkan munculnya masalah dan kerusakan pada lingkungan. Perilaku masyarakat yang dilakukan secara terus-menerus akan menjadi kebiasaan yang buruk bagi suatu negara. Dalam jangka panjang, masalah sampah akan menimbulkan dampak negatif seperti bencana alam. Saat ini jadwal musim kemarau dan hujan di Indonesia tidak dapat diprediksi. Selain itu, bencana banjir yang terjadi di Jakarta juga dipengaruhi oleh kurangnya perhatian kita terhadap lingkungan. Alam dan lingkungan kita bereaksi sesuai dengan aksi yang kita lakukan.

Kita adalah bagian dari masalah lingkungan, namun kita juga bisa menjadi solusi untuk masalah tersebut. Penting bagi kita untuk memiliki pemahaman dan kesepakatan yang sama bahwa kelestarian lingkungan adalah tanggungjawab kita bersama. Ada yang melakukan tindakan yang sangat besar seperti Greta Thunberg yang berhasil menggerakkan massa di seluruh dunia dan ada juga yang memulai dari hal sederhana di rumah. Hal tersebut tidak menjadi masalah karena kesadaran dan upaya tersebutlah yang harus kita lakukan.


Pemerintah sudah membuat regulasi yang mengatur terkait dengan permasalahan sampah., ada pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Dalam peraturan tersebut terdapat poin penting mengenai penyelenggaraan pengelolaan sampah yang pada pasal 10 ayat 2 menyatakan bahwa setiap orang wajib melakukan pengurangan sampah dan penanganan sampah. Kita dapat menaati peraturan tersebut dengan berbagai cara salah satunya dengan menerapkan gaya hidup minim sampah. Beberapa dari kita mungkin sudah mendengar tentang gaya hidup minim sampah, dimana dalam prakteknya tidak banyak sampah yang dihasilkan dalam keseharian. Konsep gaya hidup minim sampah lebih mendukung garis lingkaran sumber daya - produksi - konsumsi - sumber daya dari pada ektraksi - produksi - konsumsi - pembuangan yang menyebabkan terjadinya pencemaran dan jumlah sampah yang tidak terkontrol.


Gaya hidup minimum sampah dapat diterapkan oleh siapapun dengan tujuan untuk mengurangi jumlah sampah dan memanfaatkan sumber daya dan barang yang ada secara berkelanjutan. Memang kita membutuhkan penyesuaian untuk memulai dan mengubah gaya hidup yang baru. Kita bisa memulai dengan membiasakan diri dengan aktivitas-aktivitas untuk mengurangi sampah. Kebiasaan yang dilakukan terus-menerus akan menjadi kepribadian, lalu kepribadian yang bisa dipertahankan dalam jangka waktu lama akan menjadi karakter. Gaya hidup adalah sebuah karakter yang artinya dalam keadaan apapun, kita akan menjadi seseorang yang selalu minim sampah, misalnya.

Pada saat ini kita patut introspeksi diri sudah sejauh mana kepedulian kita terhadap sampah dan lingkungan. Peduli artinya memerhatikan apa yang terjadi di sekitar, memahami masalah apa yang sedang terjadi, dan apa yang hendak dilakukan untuk berkontribusi menangani masalah tersebut. Karena pada akhirnya ini merupakan tanggungjawab kita untuk menjadikan bumi sebagai tempat yang layak untuk dihuni bersama.

33 tampilan0 komentar
bottom of page