Biogas, Bahan Bakar Alternatif dari Limbah Pangan
Apakah kamu tahu bahwa sisa makanan bisa diolah menjadi hal yang luar biasa? Kementrian Lingkungan Hidup mencatat pada tahun 2019 jumlah sampah makanan di Indonesia mencapai 67 juta ton. 60% sampah yang dihasilkan merupakan sampah organik yang dapat di daur ulang. Sedangkan menurut Economist Intelligence Unit (EIU) menyatakan bahwa Indonesia membuang sekitar 300 kilogram makanan per orang setiap tahun, menjadikannya salah satu pemboros makanan terbesar di dunia.
Fakta yang mengejutkan datang dari laporan yang berjudul “Fixing Food: Towards the More Sustainable Food System” yang dirilis The Economist pada 2011. Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara penghasil limbah makanan tertinggi di dunia. Angka tersebut memang masuk akal mengingat jumlah penduduk Indonesia sebanyak 245,1 juta jiwa pada tahun 2011 menurut Bank Dunia. Dalam laporan tersebut diperkirakan rata-rata orang Indonesia membuang sampah makanan sebesar 300 kg setiap tahunnya. Dampak terburuknya bagi ekonomi dari membuang makanan diperkirakan mencapai 750 milliar dollar Amerika setiap tahunnya.
Limbah makanan tergolong tinggi di dunia. Diperlukan pengolahan yang intensif demi terurainya sampah makanan menjadi hal yang dapat dimanfaatkan kembali. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengolah sampah makanan yaitu menjadikannya biogas. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari aktivitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik (sampah, kotoran, dll) yang digunakan sebagai listrik ataupun bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Biogas yang dulunya hanya berupa gas metana sederhana sudah ada sejak sedari dulu dan sudah digunakan oleh warga di Mesir, Cina, dan romawi kuno. Adapun alat penghasil biogas secara anaerobik pertama dibangun pada tahun 1900. Pada akhir abad ke 19, riset untuk menjadikan gas metana sebagai biogas dilakukan oleh Jerman dan Perancis pada masa antara 2 perang dunia. Saat ini pengolahan biogas sudah banyak menerapkan teknologi terkini yang lebih mutakhir.
Komposisi biogas bervarias tergantung pada asal proses anaerobik. Biasanya, komponen yang dihasilkan berupa gas metana (55%-75%), karbondioksida (25%-45%), nitrogen (0%-0,3%) , dan masih banyak komponen yang dihasilkan lainnya. Nilai kalori dari 1 m3 Biogas sekitar 6.000 watt jam yang setara dengan setengah liter minyak diesel. Oleh karena itu biogas sangat cocok digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan pengganti minyak tanah, LPG, butana, batu bara, maupun bahan-bahan lain yang berasal dari fosil.
Tipe sistem biogas yang dihasilkan mengikuti komponen sebagai berikut:
Pengumpulan kotoran
Digester anaerobik
Penyimpanan limbah
Penanganan gas
Penggunaan gas
Biogas adalah salah satu bentuk energi terbarukan. Metanogen (bakteri penghasil metana) adalah mata rantai terakhir dalam rantai mikroorganisme yang mendegradasi bahan organik dan mengembalikan produk dekomposisi ke lingkungan. Proses pembuatan biogas ini terbagi menjad 2 tahap, yaitu:
Aerobik
Terjadi jika oksigen diperlukan dalam pembuatan biogas. Energi yang dihasilkan dari
proses aerobic sebesar 5200-5800 Kj/ m3 pada suhu dan lingkungan normal.
Anaerobik
Proses ini juga disebut sebagia biometanisasi. Proses ini dilakukan dengan tanpa
membutuhkan oksigen. Hal tersbeut terjadi karena proses ini melibatkan dekomposisi
biokimia dari bahan organik kompleks dengan proses biokimia sehingga terjadi
pelepasan biogas yang kaya akan energi. Terdapat tiga proses biologis penting dalam
proses ini, yaitu:
Hidrolisis (pemecahan molekul air)
Acidification (pengasaman bahan)
Metanogenesis (pembentukan metana)
Proses pengolahan sampah makanan hingga menjadi biogas membutuhkan waktu yang cukup lama serta teknologi yag mutakhir. Biogas dihasilkan dari sampah organik (karbon) yang terurai oleh bakteri dalam lingkungan anaerobik. Proses ini dipercepat pada suhu proses 38 ° C / 100 ° F (mesofilik) atau 52 ° C / 125.6 ° F (termofilik) di digester pabrik. Pabrik biogas menerima semua jenis limbah organik - biasanya kotoran ternak dan limbah industri organik. Padatan kering pada kotoran ternak antara lain mengandung karbon, dan dalam prosesnya karbon tersebut diubah menjadi biogas, senyawa metana (CH4) dan karbondioksida (CO2).
Kotoran dan limbah dicampur di tangki penerima tanaman sebelum dipanaskan hingga suhu 38-52 ° C / 100-125.6 ° F dan dipompa ke dalam digester tempat produksi biogas. Biomassa berada di dalam digester selama 2-3 minggu dan bubur yang difermentasi selanjutnya dapat digunakan sebagai pupuk tanaman. Pupuk ini telah meningkatkan kualitas seperti mengurangi ketidaknyamanan bau saat menyebarkan bubur dan mengurangi gas rumah kaca secara signifikan.
Biasanya, biogas digunakan untuk menghasilkan listrik dan panas distrik di mesin gas pabrik (unit CHP). Listrik dikirim ke jaringan listrik dan panasnya digunakan oleh konsumen lokal. Selanjutnya, biogas dapat ditingkatkan menjadi gas alam dan diinjeksikan ke jaringan gas alam atau digunakan sebagai bahan bakar untuk transportasi.
Adapun keuntungan yang dirasakan dari penggunaan biogas seperti:
Ramah lingkungan
Biogas mereduksi polusi air dan tanah
Menjadi energi alternatif terbarukan dan membuat makanan menjadi lebih sehat.
Namun, sayangnya dalam proses pembuatan biogas diperlukan teknologi mutakhir, proses yang cukup lama, dan lain-lain. Di Indonesia sendiri pengelolaan dan pemanfaatan biogas masih dalam skala pengembangan. Beberapa perusahaan asal Indonesia yang mengolah limbah organic menjadi biogas antara lain PT. Asia Biogas Indonesia dan lainnya. Sedangkan, pemanfaatan biogas yang sudah berjalan berada di desa Cabbeng Bone (Sulawesi Selatan), Panyabangan (Bali), Medowo (Kediri), Argosari (Malang), dan di daerah Pasuruan (Jawa Timur).
Yuk lakukan hal kecil seperti menghabiskan makanan di piring, tidak membuang makanan karena tidak lapar, tidak boros saat berbelanja bahan makanan maupun makanan matang, segera menghabiskan makanan, dan hargai makanan. Dengan ini, kamu sudah turut membantu menyelamatkan dunia.